Ada Risiko dalam Pernikahan Remaja

KOMPAS.com – Menikah bukan perkara mudah. Perlu persiapan, hingga kematangan. Namun kini di media sosial muncul sebuah ajakan nikah muda, agar anak-anak muda  dan remaja segera memutuskan untuk menikah.

Beberapa alasan yang dijadikan pembenaran antara lain agar tak perlu melewati masa pacaran dan menghindari perbuatan yang dilarang norma. Lantas, bagaimana persoalan tersebut dipandang?

Koordinator komunikasi dan advokasi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Frenia Nababan mengatakan, perlu membedah lebih dahulu soal ajakan nikah muda—satu di antaranya soal batasan umur.

“Kalau mendorong nikah di usia di bawah 18 tahun kan sama kaya perkawinan anak, dan itu menjadi ironi. Di satu sisi kita kampanye kekerasan seksual pada anak, tapi kekerasan seksual anak (seakan) diperbolehkan dalam pernikahan. Padahal undang-undang mewajibkan orangtua lindungi anak-anak dari kekerasan seksual,” kata Frenia saat dihubungi Kompas Lifestyle, di Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Dia sendiri tidak secara keras menentang nikah muda—karena setiap orang memiliki kematangan berbeda. Yang ditentang adalah bila persiapan tidak dilakukan secara benar, baik secara kedewasaan diri hingga persoalan lanjut setelah menikah.

Salah satu yang dikhawatirkan adalah, dalam ajakan nikah muda yang disampaikan kebanyakan sesuatu yang mudah, indah dan manis. Padahal ada hal lain dari pernikahan, mulai dari kesehatan reproduksi, mengurus rumah tangga, hingga mengasuh anak. Hal-hal itu sering tidak masuk perhitungan.

“Misalnya, kalau (melahirkan) di bawah usia 20 tahun, resiko kematian ibu bisa 5 sampai 7 kali lebih besar karena ketidaksiapan organ reproduksinya,” kata dia.

Sementara dalam hal tanggungjawab terhadap anak, mereka yang belum siap secara pekerjaan dan penghasilan karena baru lulus sekolah, dikhawatirkan akan mengalami kesulitan ekonomi, dan itu berdampak buruk pada pengasuhan anak.

“Ada risiko anak-anak mereka tidak terurus karena pekerjaan yang dimiliki orangtua tidak mendukung. Pada akhirnya, mereka akan kembali pada orangtua atau mertua, bukan membangun rumah tangga sendiri,” ujar Frenia.

“Kalau saya melihat, kampanye nikah muda lebih banyak menawarkan sisi romantis dalam pernikahan. Sisi indah-indah saja,” kata Frenia .

Selain itu, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, terjadi 40 perceraian setiap satu jam. Ini disebut berbanding lurus dengan tren menikah di usia muda.

Data lain dari Kementerian Agama RI pada tahun 2014 menyebutkan bahwa 70 persen perceraian diajukan oleh perempuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa memang ada tekanan yang dialami perempuan dalam biduk rumah tangga. Ada ketidaksiapan dari mereka menjadi ibu rumah tangga, istri dan faktor lain.

Risiko tidak disampaikan

Selain itu, dalam rumah tangga sudah pasti terdapat permasalahan yang tak dapat dihindari. Tapi, apakah persoalan itu menjadi alarm bagi orangtua sehingga mereka menganggap perlu mempersiapkan anaknya agar memahami dan bisa mengatasi masalah itu?

Biasanya para orangtua enggan berdiskusi soal itu karena membicarakan persoalan rumah tangga dianggap tabu dan memalukan, apalagi bila terjadi pada dirinya.

“Informasi soal apa yang terjadi dalam pernikahan itu tak pernah lengkap (tersampaikan pada anak),” kata Frenia. Padahal, informasi lengkap—termasuk soal resiko kekerasan dalam rumah tangga perlu disampaikan.

Anak misalnya harus tahu apa yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bila mengalami harus bagaimana, lapor ke siapa, dan bagaimana mengatasinya.

Informasi itu harus jauh-jauh diberikan, bukan sehari sebelum pernikahan, supaya anak memiliki pertimbangan yang jernih terhadap keputusannya.

“Kondisi sekarang ini mirip seperti apa yang terjadi dengan seksualitas. Anak diharapkan tahu sendiri setelah mengalami. Padahal, orangtua diharapkan menjadi teman dialog, agar terbangun komunikasi antara anak dan orangtua, sehingga mereka belajar dan mendapat  informasi orangtua, bukan sumber lain (yang tidak bisa dipercaya),” kata Frenia.

Hal lain yang perlu dijelaskan pada anak adalah soal mengurus rumah tangga, pendidikan anak dan kesejahteraan. Selain itu orangtua juga memiliki peran penting untuk melindungi anak-anak dari risiko yang muncul dalam pernikahan, apalagi bila anak belum cukup dewasa saat menikah.

“Orangtua harus dengarkan apa yang diinginkan oleh anak. Jangan dipaksa berjodoh dengan orang yang ternyata tidak disukai anaknya. Itu seperti melempar tanggungjawab pengasuhan anak ke orang lain yang belum tentu bisa. Kalau dia masih mau sekolah dan kejar pendidikan tinggi, orangtua sebaiknya tidak paksakan anak nikah,” kata dia.

Intinya, anak sebaiknya mengerti dan paham apa yang akan dihadapi setelah menikah nanti, sehingga dia melakukan itu dengan kesadaran dan bukan karena buaian-buaian yang indah saja.

5 Pengaruh Keguguran terhadap Kondisi Psikologis Ibu, jangan abaikan yang Nomor 2

Kehamilan adalah momen istimewa yang dirasakan oleh pasangan suami istri. Baik kehamilan pertama yang dinantikan atau kehamilan berikutnya yang menjadi berkat dan kebahagiaan menantikan kehadiran si jabang bayi. Mengikuti perkembangan janin dan merasakan gerakannya selama di kandungan menjadi momen romantis tersendiri yang dialami oleh pasangan suami-istri.

Namun, kebahagiaan seketika hilang ketika pasangan dihadapkan dengan kondisi janin yang lemah hingga menyebabkan keguguran. Tak jarang keguguran justru menjadi alasan retaknya hubungan suami istri, ketika pasangan tidak bisa menemukan cara untuk saling mendukung satu sama lain dan melewati masa berkabung dengan kompak. Perasaan bersalah dan penyesalan kerap menghantui seorang Ibu yang mengandung bayinya, perasaan tersebut dapat berlangsung selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun.

Tak hanya itu, setidaknya ada 5 kondisi psikologis yang dirasakan oleh seorang Ibu yang mengalami keguguran. Berikut 5 pengaruh keguguran terhadap kondisi psikologis ibu :

  1. Rasa Sedih yang amat dalam

Kondisi psikologis pertama yang dirasakan oleh Ibu yang mengalami keguguran adalah rasa sedih yang mendalam. Rasa sedih itu muncul karena merasa kehilangan calon buah hati yang telah dinanti-nantikan. Kesedihan yang lebih mendalam terutama dirasakan oleh Ibu dengan kehamilan yang pertama dan calon buah hati yang telah lama dinanti-nantikan. Rasa sedih yang juga ditunjukkan oleh pasangannya akan menambah luka hati seorang Ibu sehingga membuatnya merasa bersalah dan gagal menjadi orang tua.

  1. Merasa bersalah dan gagal menjadi orang tua

Ibu hamil yang baru saja mengalami keguguran akan mengalami perasaan bersalah karena merasa gagal menjaga calon buah hati di dalam kandungannya. Kesedihan yang nampak dari pasangannya juga akan menambah rasa bersalah yang dirasakan oleh seorang Ibu karena merasa gagal memberikan kebahagiaan yang telah dinanti-nantikan oleh pasangannya. Ibu akan merasa sangat bersalah tidak hanya kepada diri sendiri dan pasangan, tetapi juga terhadap keluarga dan bayinya yang sudah meninggal. Ibu juga merasa gagal menjadi orang tua dan merasa malu terhadap orang lain. Beberapa Ibu bahkan mengurung diri dan menolak bertemu siapapun. Rasa bersalah ini akan bertahan sangat lama dan akan sering muncul kembali saat melihat sahabat atau kerabatnya yang sedang menimang bayi mereka yang mungil dan lucu. Pada tahap ini, diharapkan suami dan keluarga terdekat dapat mendampingi seorang Ibu melewati masa berkabung dan masa penyesalan, sehingga kondisi psikologis Ibu bisa segera pulih dan menjalani kesehariannya dengan normal kembali.

  1. Kecemasan berlebih dan trauma

Selain merasa bersalah paska keguguran, Ibu juga merasakan kecemasan yang berlebih dan trauma untuk hamil lagi. Kecemasan dan trauma ini lebih disebabkan karena adanya ketakutan terhadap kejadian yang berulang dan ketakutan karena merasa tidak bisa menjaga calon bayi. Kondisi psikologis Ibu yang juga lebih sensitive setelah mengalami keguguran juga memicu adanya perasaan cemas yang berlebih.

  1. Merasa stress

Sebagian besar ibu yang mengalami keguguran akan mengalami gangguan psikologis sampai dengan merasa tertekan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Imperial College London dalam penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal BMJ Open, tim peneliti mensurvei 114 wanita yang baru saja mengalami keguguran. Mayoritas wanita dalam penelitian ini mengalami keguguran pada usia kehamilan sekitar 3 bulan. Hasil survei menunjukkan, empat dari sepuluh wanita dilaporkan mengidap gejala post traumatic stress disorder (PTSD) tiga bulan setelah kehilangan calon bayinya. Gangguan trauma dan stress akibat keguguran ini, juga dilandasi oleh peristiwa penuh tekanan yang menakutkan dan menyedihkan. Sehingga tidak jarang menyebabkan seseorang teringat kembali kejadian tersebut lewat mimpi buruk, kilas balik, pikiran atau gambaran di saat-saat tidak diinginkan. Gejalanya muncul mulai dari berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah kejadian sampai bisa menyebabkan masalah tidur, kemarahan, dan bahkan berubah menjadi depresi

  1. Depresi

Perasaan tertekan atau stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan depresi pada Ibu yang mengalami keguguran. Depresi ini muncul karena perasaan yang sangat berat untuk bisa menerima kehilangan calon bayi. Kondisi depresi ini dapat membuat Ibu kehilangan selera makan, malas membersihkan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari, merasa bingung dan sulit berkomunikasi. Depresi yang dialami oleh Ibu yang mengalami keguguran bisa lebih berat dibandingkan dengan syndrome baby blues yang kerap dialami oleh Ibu paska melahirkan. Perasaan depresi ini kerap disertai dengan keluhan-keluhan fisik, seperti sakit kepala, mual, dan rasa nyeri yang tidak jelas penyebabnya.

 

Referensi :

  1. Dampak Psikologis Pada Wanita yang Mengalami Abortus Spontan. Jurnal Psikologi. 2010. Vol. 4(1), 1-7
  2. Farren, et al. Post-traumatic stress, anxiety and depression following miscarriage or ectopic pregnancy: a prospective cohort study. BJM Open. 2016. 6:e011864

3 jenis Anemia pada Kehamilan, Nomor 3 perlu diwaspadai

Anemia secara umum memiliki arti tidak cukupnya sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Ketika jaringan tubuh kita tidak mendapatkan cukup oksigen, maka fungsinya akan terganggu. Anemia pada ibu hamil, menjadi perhatian yang lebih, karena ini akan mempengaruhi janin yaitu berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan kematian ibu. Berikut adalah tiga jenis anemia pada kehamilan :

  1. Anemia ringan

Wanita dengan anemia ringan saat hamil mengalami produktivitas kerja yang menurun. Wanita dengan anemia ringan akan kesulitan mencari nafkah jika pekerjaan yang dilakukan melibatkan pekerjaan manual. Wanita hamil yang mengalami anemia ringan kronis bisa melewati masa kehamilan dan persalinan tanpa keluhan karena dapat dikompensasi dengan baik.

  1. Anemia sedang

Wanita dengan anemia sedang dapat mengalami penurunan produktivitas kerja yang signifikan dan mungkin akan sulit melakukan pekerjaan rumah tangga dan merawat anak. Data dari India dan beberapa negara lain menunjukkan angka morbiditas Ibu yang lebih tinggi pada wanita dengan Hb di bawah 8 gm/dl. Wanita tersebut lebih rentan terhadap infeksi dan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk pemulihan dari infeksi. Kelahiran prematur juga lebih banyak dijumpai pada wanita dengan anemia sedang. Bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan anemia sedang memiliki berat badan yang lebih rendah dari rata-rata dan angka kematian bayi yang lebih tinggi. Anemia sedang menyebabkan Ibu tidak mampu mengkompensasi kehilangan darah sebelum atau selama masa persalinan dan meningkatkan risiko terkena infeksi. Anemia sedang juga dihubungkan dengan kejadian kematian Ibu saat persalinan dan pendarahan post partum, hipertensi akibat kehamilan dan sepsis.

  1. Anemia Berat

Anemia berat dibedakan menjadi 3 tahap : compensated, decompensated, dan yang terkait dengan kegagalan sirkulasi. Cardiac Decompensation biasanya terjadi ketikan Hb di bawah 5,0 g/dl. Jantung berdebar dan sesak napas meski saat istirahat merupakan gejala dari Cardiac Decompensation. Mekanisme kompensasi ini tidak memadai untuk mengatasi penurunan kadar Hb. Terjadi kekurangan oksigen hasil metabolism anaerob dan akumulasi asam laktat.

Pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah. Apabila hal ini tidak diobati, dapat menyebabka edema paru bahkan kematian. Kehilangan darah sebanyak 200 ml pada tahap ketiga ini dapat menyebabkan shock dan kematian pada wanita dengan anemia berat. Data dari India menunjukkan bahwa angka morbiditas Ibu lebih tinggi pada wanita dengan Hb di bawah 8,0 g/dl. Angka kematian Ibu menunjukkan peningkatan yang tajam ketika tingkat Hb ibu turun di bawah 5,0 g/dl. Anemia secara langsung menyebabkan 20% kematian Ibu di India dan secara tidak langsung menyumbang 20% kematian Ibu lainnya.

Penyebab anemia terutama adalah kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein, besi, vitamin B12, vitamin C dan asam folat. Sehingga diperlukan tambahan suplementasi yang tidak hanya mengandung zat besi, namun juga mengandung asam folat, vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi Ibu selama hamil. Vitamin B12 dibutuhkan untuk mengaktifkan asam folat dan metabolisme sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Asam folat berperan dalam metabolisme asam amino yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah.

Penelitian Li WenXing (2016), mengungkapkan fungsi asam folat dapat meningkatkan enzim-enzim yang penting untuk metabolisme di hati. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat selama kehamilan berhubungan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah dan terganggunya pertumbuhan janin. Selain itu kekurangan B12 dapat menyebabkan kesemutan, gangguan penglihatan, alzheimer dan demensia. Sebanyak 80% ibu dengan kadar asam folat >27,00 nmol/L melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala normal, sementara ibu dengan kadar asam folat rendah <27,00 nmol/L hanya 15,4%.

Vitamin C juga dibutuhkan selama kehamilan yang berfungsi membantu penyerapan besi non heme dengan mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan, sehingga risiko anemia defisiensi besi bisa dihindari. Menurut Pernille (2012), kekurangan vitamin C dapat menyebabkan kerusakan hipoccampus.

Reference :

  1. Sabina, S et al. An Overview of Anemia in Pregnancy. JIPBS. 2015. Vol 2 (2), 144-151
  2. Astriningrum E et al. Asupan Asam Folat, Vitamin B12 dan Vitamin C pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Lokal. Gizi Pangan. 2017. 12(1):31-40

Jangan Abaikan Angka Kematian Para Ibu

VIVA.co.id – Kematian para ibu dalam proses melahirkan anak masih menjadi momok menakutkan. Beberapa wilayah di Indonesia, kondisi ini menjadi ancaman sekaligus peringatan untuk tidak mengabaikan angka-angka itu.

Di wilayah Kota dan Kabupaten Tangerang misalnya, sepanjang tahun 2017 tercatat ada 48 ibu di daerah ini meninggal saat proses melahirkan. Sebanyak 39 kasus di Kabupaten Tangerang dan sisanya 8 kasus di Kota Tangerang.

Secara nasional, seperti dikutip dari laporan capain Kinerja Kementerian Kesehatan 2015-2107, yang dirilis pada 28 Agustus 2017. Jumlah kasus kematian ibu dilaporkan mengalami penurunan, meski tak signifikan.

Tercatat, tahun 2015 ada 4.999 ibu yang meninggal, lalu turun pada tahun 2016 menjadi 4.912 orang dan terakhir terdata pada semester pertama tahun 2017 sebanyak 1.712 ibu.

Menekan angka kematian ibu, juga telah menjadi target global dalam Millenium Development Goals untuk seluruh negara di dunia. Dalam target itu, setiap negara dipatok untuk menekan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. (ren)

 

Waspada Penyakit Difteri Paling Membahayakan

Difteri adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan demam tinggi, sakit tenggorokan dan kesulitan bernafas dengan selaput berwarna abu-abu yang melapisi bagian belakang dari tenggorokan sehingga menutupi saluran nafas.

Difteri adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan demam tinggi, sakit tenggorokan dan kesulitan bernafas dengan selaput berwarna abu-abu yang melapisi bagian belakang dari tenggorokan sehingga menutupi saluran nafas.

Ciri – ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

Penyebab

Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae.

Cara  penularan penyakit difteri

Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.

Gejala

  • Kaku leher
  • Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor
  • Mual, muntah , sakit kepala
  • Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
  • Batuk dan pilek yang ringan
  • Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius

Akibat penyakit difteri

Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.

Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.

Pengobatan

Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.

Anies Bertekad Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak di Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com – Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan berencana membuat kebijakan yang bisa menekan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan di Jakarta.

Keinginan ini diungkapkan sebagai salah satu bentuk refleksi Aniesyang merayakan hari ulang tahun ke-48 pada Minggu (7/5/2017).

“Kami ingin juga Jakarta nanti, semua ibu yang melahirkan di sini bisa pulang ke rumah dengan membawa bayinya. Enggak boleh lagi kita mendengar, seorang ibu yang melahirkan di Jakarta, setelah melahirkan dia diantarkan ke kubur,” kata Anies usai berkunjung ke kuil Gurdwara, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Minggu.

Anies juga mau ibu dan anak yang lahir nanti bisa hidup layak di Jakarta. Lebih jauh, Anies membayangkan Jakarta sebagai kota yang ramah bagi setiap ibu yang melahirkan dan bagi setiap anak yang dilahirkan.

Meski mengemukakan ide itu, Anies belum menjelaskan lebih detail mengenai rencananya untuk merealisasikan kebijakan tersebut.

Ketika ditanya soal program lain, seperti KJP (Kartu Jakarta Pintar) dan KJS (Kartu Jakarta Sehat) Plus, program DP 0 rupiah, dan beberapa program lain, Anies pun masih belum bersedia menjelaskan lebih lanjut.

Sebelumnya disebutkan, dalam waktu dekat, Anies dan Sandiaga Uno, pasangannya, akan mengumumkan tim sinkronisasi.

Tim ini terdiri dari sejumlah orang yang nantinya ditugaskan untuk mensinkronisasi program-program Anies-Sandi untuk diterapkan kemudian di Jakarta.

14 Gangguan Kehamilan yang Perlu Diwaspadai

Gangguan kehamilan dapat terjadi kapan saja. Bisa pada saat kehamilan muda, atau pada masa kehamilan mulai menua, selain juga pada saat-saat menjelang persalinan. Setiap masa dalam kehamilan memiliki jenis gangguannya sendiri-sendiri.

Jenis gangguan kehamilan beragam, dari yang ringan sampai yang berat. Semua jenis gangguan kehamilan dapat diatasi. Beberapa di antaranya sebetulnya sudah dapat dicegah. Upaya pencegahan dapat dilakukan selama pemeriksaan kehamilan rutin. Sekurang-kurangnya, ada 14 jenis gangguan kehamilan yang mungkin timbul dan perlu diwaspadai. Apa saja?

1. Muntah-muntah
Normal jika mual dan muntah berlangsung dalam triwulan pertama kehamilan. Namun, jika muntah-muntah terjadi berlebihan sampai 7 kali dalam sehari, kondisi ibu menjadi lemah, tidak berselera makan, berat badan menurun, dan nyeri ulu hati. Keadaan demikian tidak boleh dibiarkan. Mintalah bantuan bidan atau dokter. Kemungkinan ibu hamil sedang mengidap penyakit berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Kekurangan makanan dan cairan perlu dikoreksi dengan pemberian cairan infus. Jika tidak dikoreksi, buruk pengaruhnya terhadap anak di kandungan maupun pada diri ibu sendiri.

2. Kehamilan lewat 5 bulan, tak merasa ada gerakan janin
Jika betul itu dialami, kemungkinan anak sudah mati dalam kandungan. Dokter dan bidan perlu segera memastikannya. Jika dari pemeriksaan tidak terdengar lagi bunyi jantung anak, berarti anak memang sudah mati. Bayi mati dalam kandungan harus segera dikeluarkan. Jika tidak dikeluarkan, dapat mengganggu ibu. Bayi mati di kandungan lama-lama akan mengering, dan perut ibu semakin susut mengecil. Ibu harus curiga bayi sudah mati dalam kandungan jika perutnya semakin hari semakin mengempis.

3. Berat badan naik berlebihan
Waspadalah jika berat badan ibu hamil naik lebih dari 1 kg dalam seminggu, terkadang disertai tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah meninggi, air seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan berkunang-kunang. Kemungkinan itu merupakan gejala dan tanda pre-eclampsia, yang jika dibiarkan akan masuk ke dalam eclampsia, penyakit yang mengancam nyawa ibu maupun anak jika tidak segera ditanggulangi.

4. Gangguan ginjal
Ibu hamil juga dapat menderita gangguan ginjal. Sering demam-demam, air seni keruh, tekanan darah mungkin meninggi, sering mual-mual (lagi), atau sampai muntah-muntah, nyeri kepala, dan mungkin tidak enak di pinggang. Gangguan ginjal pada ibu hamil perlu segera diobati. Mungkin perlu perawatan rumah sakit.

5. Sering berdebar-debar, sesak napas, dan lekas lelah
Waspadalah jika keluhan tersebut berlangsung terus-menerus, dan kian hari kian bertambah berat. Jika tadinya keluhan itu muncul hanya pada saat melakukan aktivitas fisik, namun sekarang tidak melakukan aktivitas fisik pun sudah berdebar dan sesak napas, kemungkinan ada gangguan jantung dalam kehamilan (vitium cordis). Ibu dengan kondisi begini memerlukan perawatan khusus di rumah sakit, dan pertolongan khusus pula sewaktu persalinan.

6. Anemia
Jika wajah pucat-pasi, merah mata dan telapak tangan pucat, lekas lelah, lemah, dan lesu, kemungkian ibu hamil menderita kurang darah (anemia). Sel-sel darah merah kekurangan unsur hemoglobin. Pada ibu hamil, anemia sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia yang berat bisa mengganggu jantung juga. Keluhan sering berdebar pada pasien anemia kemungkinan karena sudah sampai stadium membebani jantung.

Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus), atau tablet penambah zat besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berefek buruk pada kehamilan, selain juga berefek buruk pada janin yang dikandung. Pasokan zat asam janin kurang dari normal. Gangguan plasenta dan perdarahan pasca-persalinan sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.

7. Gangguan kelenjar gondok
Jika kelopak mata sembab menonjol, tapi bukan sakit mata, jemari gemetar, sering berdebar-debar walau tidak habis melakukan aktivitas fisik, badan terasa lebih panas (gerah) dari biasa, dan banyak berkeringat, kemungkinan ini gejala aktivitas kelenjar gondok di batang leher berlebihan (hyperthyroid).

Kelenjar gondok tidak harus membengkak seperti pada penyakit gondok endemik akibat kekurangan iodium, namun fungsi gondoknya saja yang berlebihan, sehingga menimbulkan keluhan dan gejala seperti di atas itu. Agar tidak sampai mengganggu kehamilan, maupun janin yang dikandung, gangguan kelenjar gondok pun perlu diatasi.

8. Kencing manis
Ibu hamil dicurigai kencing manis jika bertubuh gemuk, berasal dari keluarga dengan riwayat kencing manis, mengeluh sering haus terus, banyak berkemih, dan merasa lapar terus. Ibu hamil dengan kencing manis akan melahirkan anak yang lebih besar dari normal. Seberapa bisa, kencing manis ibu hamil terkontrol agar tidak berpengaruh buruk terhadap anak yang dikandung. Pertolongan khusus perlu diberikan untuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang kencing manis.

9. Ibu hamil dengan infeksi
Ibu hamil dengan demam tinggi dan berlangsung lebih dari 3 hari harus dipikirkan kemungkinan terjadi infeksi. Apa pun penyebab infeksinya, tidak menyehatkan bagi janin yang dikandung. Dokter perlu memeriksa kalau-kalau infeksinya berefek buruk terhadap anak.

10. Kejang-kejang
Ibu hamil dengan kejang-kejang tidak boleh dianggap enteng. Kejang-kejang sendiri bisa disebabkan oleh infeksi selaput otak (meningitis), atau pada otak sendiri (encephalitis). Namun, paling sering disebabkan oleh penyakit eclampsia seperti sudah dibahas di atas. Jangan tunda pergi ke dokter, sebab setiap kejang-kejang harus dianggap keadaan yang serius.

11. Keluar darah dan lendir dari liang rahim
Keluar darah dari liang rahim pada masa kehamilan kurang dari 28 minggu atau 7 bulan, kemungkinan terjadi keguguran. Ancaman keguguran yang masih awal dapat dibendung dengan perawatan khusus, agar janin selamat sampai cukup bulan. Namun akan gagal mempertahankan kehamilan jika perdarahan telanjur banyak dan berlebihan.

Keluar darah pada kehamilan yang lebih tua, kemungkinan ada gangguan pada air-ari. Keluar darah dapat disertai rasa nyeri mulas melilit di perut bawah, bisa juga tidak. Keluarnya darah dengan rasa nyeri disertai keluarnya lendir, apalagi jika sampai keluar air ketuban (menyerupai air seni), tergolong keadaan gawat darurat kehamilan. Ibu harus segera dilarikan ke rumah sakit, mencegah seberapa mungkin dalam 24 jam kehamilan masih dapat dipertahankan.

12. Kehamilan terganggu
Jika pada kehamilan muda (6-10 minggu) atau kurang dari dua setengah bulan keluar perdarahan dari liang rahim, disertai nyeri, mulas melilit di perut bawah, selain kemungkinan keguguran, dapat juga sebab kehamilan yang terganggu (KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu).

Normalnya, kehamilan tumbuh di dalam rongga rahim. Namun, tidak demikian dengan kehamilan yang tersasar ke tempat tumbuh yang lain. Kehamilan di luar rahim disebut kehamilan ektopik (ectopic pregnancy), yang dapat terjadi di saluran telur, indung telur, atau di mana saja di luar rahim. Kehamilan di luar rahim dapat saja selamat sampai kehamilan cukup bulan, namun lebih sering mengalami gangguan. Jika kehamilan yang tersasar sampai terganggu, terpaksa anak harus dikeluarkan kendati belum cukup bulan.

13. Keluar darah setelah kehamilan 28 minggu
Jika keluar darah setelah kehamilan 28 minggu atau 7 bulan, kemungkinan ada gangguan pada ari-ari. Kalau bukan luruhnya ari-ari dari perlekatannya pada dinding rahim (solutio placentae), kemungkinan lain adalah mengelupasnya sebagian tepi ari-ari dari dinding rahim lantaran lokasi perlekatannya berada di sekitar mulut rahim (placentae praevia). Keduanya tergolong gawat darurat yang memerlukan pertolongan rumah sakit segera.

14. Keluar cairan ketuban
Ketuban atau bungkus bayi dalam kandungan tidak boleh pecah sebelum tiba waktunya persalinan. Jika sampai pecah, berarti cairan ketuban akan tumpah keluar dari liang rahim, dan anak yang seharusnya terlindung steril di dalamnya terancam bahaya tercemar oleh bibit penyakit dari dunia luar. Keadaan ini disebut Ketuban Pecah Dini (KPD), yakni keluar cairan menyerupai air seni tapi tak berbau pesing, sebelum merasa mulas-mulas tanda awal persalinan.

Adakalanya, cairan ketuban tidak bening lagi, melainkan sudah kehijau-hijauan, tanda sudah terinfeksi kuman dari luar. Infeksi cairan ketuban mengancam janin yang terbungkus di dalamnya. Ini pun tergolong gawat darurat. Janin perlu diselamatkan agar tidak sampai menderita infeksi di dalam kandungan ibunya. 

Gangguan Pada Sistem Ginjal

Gangguan ini bisa terjadi pada ibu hamil. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut ini :

  • Ciri-Ciri. Ciri ciri yang harus diperhatikan adalah :
    • Ibu hamil sering demam.
    • Air seni berwarna kuning dan keruh.
    • Hipertensi
    • Mual dan muntah.
    • Sakit kepala disertai nyeri.
    • Pinggang nyeri.
  • Penyebabnya. Banyak hal yang bisa menyebabkan gangguan ginjal terjadi pada ibu hamil diantaranya adalah :
    • Ibu hamil kekurangan cairan atau kurang minum ait putih.
    • Terlalu banyak duduk namun asupan mineral tidak terjaga.
    • Minum minuman berenergi.
    • Minum minuman yang manis.
  • Diagnosa. Untuk melakukan diagnosa adanya gangguan ginjal atau tidak diperlukan tes lab. Tes lab itu akan menggunakan air seni ibu hamil.
  • Pengobatan. Pengobatan harus dilakukan di rumah sakit. Hal yang akan dilakukan dokter selama pengobatan :
    • Memberikan obat antibiotik.
    • Dalam kondisi parah ibu hamil akan diberikan cairan intravena.
    • Ibu hamil akan diberikan cairan berupa antibiotik.

Gangguan Pada Jantung

Ibu hamil banyak yang mengalami gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pernafasan. Hal itu bisa menjadi indikasi bahwa ibu hamil mengalami penyakit vitium cordis atau gangguan pada jantungnya.

  • Ciri-Ciri. Gangguan jantung memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
    • Ibu hamil merasakan jantungnya berdebar-debar tanpa sebab.
    • Ibu hamil mengalami sesak nafas, mulai dari ringan sampai dengan sesak nafas berat.
    • Ibu hamil mudah lelah, jika sudah lelah disertai dengan sesak nafas.
  • Penyebabnya. Gangguan jantung disebabkan oleh aliran darah ke jantung ibu hamil tidak lancar sehingga sistem kerja jantung terganggu.
  • Diagnosa. Untuk mengetahui hal tersebut gangguan jantung atau tidak ibu hamil harus berkonsultasi kepada dokter jantung. Melakukan rontgen, jika dalam rontgen tersebut ada pembuluh darah yang tersumbat dokter ahli jantung akan ambil tindakan dengan operasi kecil.
  • Pengobatan. Pengobatan ini harus melibatkan dokter ahli jantung, dokter akan melakukan operasi kecil untuk melancarkan sistem kerja jantung.

Obesitas

Ibu hamil memang wajar jika badannya akan menanjak dari bulan ke bulan. Bahkan saat hamil, ibu hamil berat badannya bisa naik sampai dengan 10kg atau lebih. Hal tersebut adalah wajar karena di dalam kandungan terdapat seroang janin yang terus berkembang dan membesar. Namun ada obesitas yang tidak wajar. Ciri-cirinya adalah berikut ini.

  • Obesitas Yang Tidak Wajar. Jika ibu hamil mengalami hal-hal di bawah ini sebaiknya mulai melakukan konsultasi kehamilan dan cek dokter.
    • Dalam satu minggu atau beberapa hari saja berat badan ibu hamil naik sampai 1 kg.
    • Tumit, tungkai kaki dan mata kaki mengalami pembengkakan.
    • Mengalami hipertensi.
    • Sakit kepala disertai nyeri.
    • Pandangan menjadi berkunang-kunang.
  • Penyebabnya. Jika ibu hamil mengalami gejala dan ciri-ciri di atas, bisa jadi ibu hamil mengalami penyakit pre eklamsia. Penyakit tersebut disebabkan oleh hal-hal di bawah ini :
    • Ibu hamil mengalami kerusakan pada pembuluh darah.
    • Pembuluh darah pada plasenta rusak.
    • Kadar protein di dalam tubuh ibu hamil rendah.
    • Radikal bebas.
    • Faktor keturunan.
    • Defisiensi gizi.
    • Inflames
    • Hipertensi
    • Diabetes
  • Melakukan Diagnosa, Jika ibu hamil mengalami ciri-ciri di atas, ibu hamil harus segera mengkonsultasikan kepada dokter. Dokter akan melakukan hal-hal dibawah ini untuk mengetahui apakah itu pre eklamsia, eklamsia atau bukan.
    • Ibu hamil dengan kondisi kesehatan sebelumnya baik-baik saja misalnya tekanan darah normal sampai usia kandungan 20 minggu.
    • Setelah 20 minggu, ibu hamil mengalami hipertensi dan bobot naik dengan tajam.
    • Ibu hamil mengalami protenuria atau juga oedema maka bisa dipastikan diagnosa tersebut mengarah ke pre eklamsia.
  • Pengobatan. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin bagi ibu hamil yang mengalami pre eklamsia. Caranya adalah sebagai berikut ini :
    • Pengobatan sendiri di rumah. Pengobatan ini bisa dilakukan oleh penderita itu sendiri dengan cara istirahat cukup, menghindari garam, kontrol kehamilan rutin selama 2 kali seminggu dan mengkonsumsi obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi.
    • Pengobatan di rumah sakit dokter akan melakukan penanganan dengan merawat pasien dengan kamar anti silau dan tidak bising, memberikan makanan dengan sedikit garam, memberikan cairan infus kurang lebih sebanyak 3000 cc, diberikan luminal dengan dosis 4 x 30mg, oedoma juga bisa diberikan pada pasien.
    • Mengakhiri kehamilan. Memang gangguan selama kehamilan bernama pre eklamsia banyak yang harus berakhir. Hal ini dikarenakan untuk menghindari penyakit berubah menjadi eklamsia. Eklamsia jauh lebih berbahaya dibandingkan pre eklamsia.